Friday, June 26, 2015

madakaripura air terjun paling perpect

Air terjun Madakaripura terkenal dengan legendanya yaitu sebagai air terjun tempat Gajah Mada bersemedi. Selain itu, penampakannya yang cantik membuatnya begitu fotogenik.

madakaripura-air-terjun-jawa.jpg


Mengunjungi air terjun Madakaripura adalah salah satu hal yang harus dilakukan oleh para penjelajah yang pergi ke Jawa Timur. Madakaripura bisa dicapai dari Malang ataupun Probolinggo. Konon di sinilah Gajah Mada bersemedi sebelum mengeluarkan Sumpah Palapa. Ketika tiba di lokasi, traveler akan ditawari memakai jasa guide lokal yang juga bisa membawakan tas carrier anda bila diperlukan.

Perjalanan dari sini ke air terjun sangat indah dan memanjakan mata dengan pemandangan pohon-pohon besar, udara yang segar dan juga melewati sungai-sungai. Sepatu yang kuat, tahan air ataupun sandal gunung sangat disarankan untuk perjalanan ini.

Perjalanan menempuh kurang lebih 1 jam ketika kemudian Anda merasakan dinginnya sekitar dan juga air yang meloncat-loncat ke tubuh Anda. Maka dari itu, baju ganti, jas hujan ataupun payung sangat disarankan. Bahkan saya sempat bingung karena ada yg menyediakan jasa penyewaan payung. Saya pikir buat apa payung?toh biasanya kalau ke lokasi air terjun, airnya tidak sampai membasahi badan. Tapi ternyata di Madakaripura beda!

madakaripura-air-terjun-bromo-jawa.jpg


Untuk menuju air terjun utama, kita akan melewati jalur yang lumayan sempit tepat berada dibawah air terjun kecil yang terlihat seperti selendang yang terjulur kebawah. Ditambah lagi bagi traveler yang ingin memotret disana, terpaan angin yang membawa air akan membasahi kamera traveler jika tidak dilindungi dengan payung. Memang akan lebih baik jika traveler menggunakan rain cover untuk kameranya.

Nah bagi traveler yang ingin berkunjung ke Jawa Timur khususnya ke Bromo, sempatin deh untuk melihat pemandangan menakjubkan air terjun Madakaripura.

Sumber : http://travel.detik.com

Thursday, June 25, 2015

ranu kumbolo danau di lereng gunung yang eksotis

Ranu Kumbolo adalah salah satu primadona Gunung Semeru, Jawa Timur. Berada di ketinggian 2.400 mdpl, Ranu Kumbolo tersohor karena kecantikan, kesejukan, dan dingin air danaunya. Sunrisenya pun sempurna!

Bagi para pendaki gunung, Semeru merupakan gunung favorit dan menarik untuk dijelajah. Gunung Semeru terletak di perbatasan Kabupaten Lumajang dan Malang, Jawa Timur. Salah satu pesona yang ditawarkan Semeru adalah Danau Ranu Kumbolo yang cantik. Danau yang unik, karena letaknya di lereng gunung.

ranu-kumbolo-semeru.jpg


Ranu Kumbolo berada di ketinggian 2.400 mdpl, serta menjadi tempat peristirahatan dan berkemah bagi para pendaki. Akan tetapi, menuju danau ini bukanlah perjalanan yang mudah. Anda harus berjalan selama 4-5 jam dan melewati medan yang menantang. Perjalanan yang cukup menguras stamina.

Setibanya di Ranu Kumbolo, rasa lelah seolah impas dengan pesona yang akan Anda rasakan. Pemandangan di sekitar danau sangat meneduhkan mata. Perpaduan pohon cemara, semak-semak yang hijau, dan langit yang biru, menjadi refleksi tersendiri. Tak ketinggalan, pesona Ranu Kumbolo akan mencuri hati Anda!

Ranu Kumbolo seolah oase yang menyegarkan. Perpaduan alam yang hijau dan segarnya pemandangan danau, dijamin akan melepas segala jenis rasa penat Anda. Ditambah suasana yang dingin dan sejuk, Ranu Kumbolo pantas disebut sebagai tempat yang sempurna untuk bersantai.

Tidak hanya itu, sunrise di Ranu Kumbolo akan menambah rasa kagum Anda. Panorama matahari terbitnya sangat cantik dan mempesona. Warna cahaya mentari yang keemasan terpantul oleh permukaan danau.

ranu-kumbolo-semeru-sunrise.jpg


Tidak ada yang membantah kecantikan sunrise di Ranu Kumbolo. Serta, tidak sedikit para fotografer yang mengabadikan pemandangan tersebut dalam kameranya masing-masing. Sunrise di Ranu Kumbolo akan menambah rasa kagum Anda pada ciptaan Tuhan yang Maha Kuasa.

Berkunjunglah ke Ranu Kumbolo dan silahkan melepas penat di sana. Jangan lupa untuk menjaga kebersihan dan kelestarian alamnya.

Sumber : http://travel.detik.com

Wednesday, June 24, 2015

bunga bangkai

Asal mula ditemukannya bunga bangkai atau disebut Raflesia Arnoldi itu sendiri yaitu pada tahun 1818, Rafflesia adalah genus tumbuhan bunga parasit yang ditemukan di hutan hujan Indonesia oleh seorang pemandu dari Indonesia yang bekerja untuk Dr. Josep Arnold, dan dinamai berdasarkan nama Thomas Stamford Raffles, pemimpin ekspedisi itu. Sehingga bunga tersebut dinamakan Raflesia Arnoldi.

Raflesia Arnoldi tidak memiliki batang, daun ataupun akar yang sesungguhnya, dan merupakan endoparasit pada tumbuhan merambat dari genus Tetrastigma (famili Vitaceae), menyebarkan haustoriumnya yang mirip akar di dalam jaringan tumbuhan merambat itu. Satu-satunya bagian tumbuhan Rafflesia yang dapat dilihat di luar tumbuhan inangnya adalah bunga bermahkota lima. Diameter bunganya lebih dari 100 cm, dan beratnya hingga 10 kg.

bunga-bankai.jpg


Bunga Raflesia Arnoldi berbau seperti daging yang membusuk, karena itulah ia disebut "bunga bangkai" atau "bunga daging". Bau bunganya yang tidak enak menarik serangga seperti lalat dan kumbang kotoran, yang membawa serbuk sari dari bunga jantan ke bunga betina. Sedikit yang diketahui mengenai penyebaran bijinya. Namun, tupai dan mamalia hutan lainnya ternyata memakan buahnya dan menyebarkan biji-bijinya.

Bunga bangkai terdiri dari beragam spesies yang masing masing memiliki ciri terutama pada ukuran dan corak pada bunga tersebut. bunga bangkai hanya akan tumbuh dan mengembangkan atau membuka mahkota bunganya saat musim hujan terjadi didaerah yang ditumbuhinya, sedangkan bila musim hujan telah berhenti maka bunga tersebut akan menguncup kembali dan aroma bangkai yang dikeluarkannya akan tidak tercium di sekitar area tersebut. Biasanya bunga bangkai tersebut akan mekar selama satu minggu dan kemudian menguncup kembali.

Bunga bangkai kini dikenal sebagai tumbuhan apidemik yang banyak ditemukan di pulau Sumatra, Bengkulu, dan tempat lainnya yang kemudian dilindungi keberadaannya dengan dibuat seperti pagar disekitar area agar tidak diganggu oleh manusia sehingga tumbuhan tersebut dapat tetap tumbuh dengan baik. Lain halnya bila tumbuhan bunga bangkai tersebut mendapat gangguan dari hewan lainnya.

Tumbuhan bunga bangkai tidak memiliki daun berwarna hijau sehingga tidak mampu melakukan fotosintesis yaitu kemampuan suatu tumbuhan untuk dapat membuat makannya sendiri. Bunga bangkai mendapatkan nutrisi dari hewan yang biasanya serangga yang hingga di kelopak mahkota bunga bangkai saat sedang mekar. Adanya aroma pada bagian tengah bunga bangkai manjadi daya tarik serangga seperti lalat dan kumbang namun ketika terjebak mereka sulit untuk melarikan diri sehingga terperangkap di dalamnya.

Sumber : http://travel.detik.com/read/2014/10/04/163000/2523914/1025/ini-penampakan-bunga-raflesia-arnoldi-ketika-mekar-di-bengkulu

Tuesday, June 23, 2015

festival bunga international kota bogor 2017

Festival Bunga International Tahun 2017 Kota Bogor, Jawa Barat akan menjadi tuan rumah penyelenggaraan pameran flora terbesar yakni Festival Bunga Internasional yang diikuti sekitar 32 negara di dunia.

Festival Bunga Internasional bogor 2017 tersebut diselenggarakan berkat kerja sama antara Pemerintah Kota Bogor dengan Kebun Raya-LIPI dan Goyang International Flower Foundation dari Korea Selatan.

festival-bunga-international-bogor-2017.jpg


"Festival Bunga Internasional ini setiap tahun diselenggarakan di Kota Goyang, Korea Selatan sejak tahun 1997. Sejak 2009 Indonesia sudah ikut. Pemerintah Kota Goyang mencoba menyelenggarakan event yang sama di Kota Bogor," kata Sofie Mursidawati peneliti dari Kebun Raya-LIPI, saat mendampingi delegasi Goyang Internastional Flower Foundation, Korea Selatan, di Balai Kota, Rabu.

Menurut Sofie, kesepakatan bersama untuk menyelenggarakan Festival Bunga Internasional telah diawali antara Kebun Raya Bogor-LIPI dan Goyang International Flower Foundation. Dengan menghadirkan dua flora langka Indonesia yakni Rafflesia dan Amorphophallus pada Festival Bunga Internasional di Goyang, Korea Selatan tahun 2013 dan 2014.

"Festival Bunga Internasional ini rencananya akan diselenggarakan bertepatan dengan dua abad Kebun Raya Bogor dan Hari Jadi Bogor ke 535," katanya.

Ia mengatakan, Festival Bunga Internasional diselenggarakan setiap tahunnya pada bulan April di Kota Goyang, Korea Selatan. Kemeriahan acara tersebut diikuti 32 negara yang dihadiri satu juta pengunjung selama tiga minggu pelaksanaannnya.

"Festival Bunga Internasional 2017 ini menjadi ajang promosi pariwisata Indonesia, mengenalkan flora unik yang kita miliki serta menggairahkan pasar bunga dalam negeri," katanya.

Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto mengatakan, penyelenggaraan Festival Bunga Internasional sangat potensial bagi Kota Bogor untuk menarik kunjungan wisatawan selama tiga minggu penyelenggaraan.

"Festival Bunga Internasional 2017 ini sudah dibicarakan beberapa kali oleh Kebun Raya-LIPI dan Pemerintah Kota Bogor. Ini akan menghadirkan turis selama tiga minggu berturut-turut, kita sangat respon positif," kata Bima.

Ketua Panitia Goyang International Flower Foundation, Christopher Lim menyatakan sangat siap mendukung penyelenggaraan Festival Bunga Internasional di Kota Bogor agar semeriah dan semegah penyelenggaraannya di Goyang, Korea Selatan.

"Mungkin yang perlu diperhatikan oleh Pemerintah Kota Bogor agar permasalahan kemacetan dapat diatasi," katanya.

Tindak lanjut dari rencana penyelenggaraan Festival Bunga Internasional nantinya, akan ada lawatan dari Wali Kota Goyang, Korea Selatan yang akan berkunjung ke Kota Bogor pascalebaran untuk melihat dan meninjau persiapan.

Sumber : www.antaranews.com/berita/502051/kota-bogor-jadi-tuan-rumah-festival-bunga-internasional-2017

Monday, June 22, 2015

pura uluwatu bali

Pura Uluwatu terletak di Desa Pecatu, Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung, Bali, sekitar 30 km ke arah selatan dari kota Denpasar. Pura Uluwatu yang juga disebut Pura Luwur ini merupakan salah satu dari Pura Sad Kahyangan, yaitu enam Pura Kahyangan yang dianggap sebagai pilar spiritual P. Bali.

Ada dua pendapat tentang sejarah berdirinya pendirian Pura Uluwatu. Ada pendapat yang mengatakan bahwa pura ini didirikan oleh Empu Kuturan pada abad ke-9, yaitu pada masa pemerintahan Marakata.

Pendapat lain mengaitkan pembangunan Pura Uluwatu dengan Dang Hyang Nirartha, seorang pedanda (pendeta) yang berasal dari Kerajaan Daha (Kediri) di Jawa Timur. Dang Hyang Nirartha datang ke Bali pada tahun 1546 M, yaitu pada masa pemerintahan Dalem Waturenggong. Sang Pedanda kemudian mendirikan Pura Uluwatu di Bukit Pecatu. Setelah melakukan perjalanan spiritual berkeliling P. Bali, Dang Hyang Nirartha kembali ke Pura Uluwatu.

Di pura inilah Sang Pedanda 'moksa', meninggalkan 'marcapada' (dunia) menuju 'swargaloka' (surga). Upacara atau 'piodalan' peringatan hari jadi pura jatuh pada hari Anggara Kasih, wuku Medangsia dalam penanggalan Saka. Biasanya upacara tersebut berlangsung selama 3 hari berturut-turut dan diikuti oleh ribuan umat Hindu.

Pura Uluwatu menempati lahan di sebuah tebing yang tinggi yang menjorok ke Samudera Indonesia dengan ketinggian sekitar 70 m di atas permukaan laut. Karena letaknya di atas tebing, untuk sampai ke lokasi pura orang harus berjalan mendaki tangga batu yang cukup tinggi. Bangunan pura ini menghadap ke arah timur, berbeda dengan pura lain di Bali yang umumnya menghadap ke arah barat atau ke selatan. Di sepanjang jalan di tepi luar pura terdapat ratusan kera yang berkeliaran. Walaupun tampak jinak, kera-kera tersebut seringkali mengganggu pengunjung dengan menyerobot makanan atau barang-barang yang dikenakan.

Pura-Uluwatu-Bali.png


Di ujung jalan yang mendaki terdapat dua pintu masuk ke komplek pura, satu terletak di sebelah utara dan satu lagi di sebelah selatan. Pintu masuk tersebut berbentuk gapura bentar dan terbuat dari batu. Di depan gapura terdapat sepasang arca berbentuk manusia berkepala gajah dalam posisi berdiri. Dinding depan gapura dihiasi pahatan yang sangat halus bermotif daun dan bunga.

Di sebelah dalam, di balik gapura, terdapat sebuah lorong berlantai batu berundak, menuju ke pelataran dalam. Lorong terbuka ini diteduhi oleh pohon yang ditanam di sepanjang kiri dan kanan lorong.

Pelataran dalam merupakan pelataran terbuka. Lantai pelataran tertutup oleh lantai batu yang tertata rapi. Di dekat gapura, di sisi utara, terdapat bangunan kayu. Di sebelah barat, berseberangan dengan jalan masuk, terdapat sebuah gapura paduraksa yang merupakan jalan masuk ke pelataran yang lebih dalam lagi.

Berbeda dengan gapura luar, gapura ini merupakan gapura beratap yang terbuat dari batu. Ambang pintu berbentuk lengkungan dan dibingkai oleh susunan batu. Di atas ambang terdapat pahatan kepala raksasa. Puncak gapura di berbentuk seperti mahkota dan dihiasi dengan berbagai motif pahatan. Celah di antara gapura dengan dinding di kiri dan kanan pelataran tertutup oleh dinding yang juga dihiasi dengan pahatan.

Di sebelah selatan terdapat pelataran kecil berbentuk memanjang dan menjorok ke arah laut. Di ujung pelataran terdapat sebuah bangunan kayu yang tampak seperti tempat orang duduk-duduk sambil memandang lautan. Sejak dibanunannya, Pura Uluwatu telah banyak kali menjalani pemugaran. Bahkan sekitar tahun 1999, bangunan pura ini sempat terbakar akibat sambaran petir.

Sumber : http://candi.pnri.go.id

sungai citarik terpilih menjadi lokasi kejuaraan arum jeram dunia 2015

Sungai Citarik di Kecamatan Cikidang, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, menjadi lokasi kejuaraan dunia arung jeram (World Rafting Championship) pada 29 November hingga 8 Desember 2015.

"Sungai ini mempunyai keunggulan lebih dibandingkan dengan sungai-sungai yang ada di belahan dunia lainnya ,dan sudah memenuhi standar dari Federasi Arung Jeram Internasional atau International Rafting Federation (IRF)," kata Seketaris Jenderal Federasi Arung Jeram Indonesia (FAJI) Amalia Yunita kepada ANTARA News di Sukabumi, Minggu.

Menurut dia, ditunjuknya Indonesia menjadi tuan rumah WRC 2015 bermula sejak 2001 Pengurus Besar FAJI kerap mengirimkan atlet-atletnya untuk berlaga di arena kejuaraan dunia arung jeram.

Bahkan, tim arung jeram dari Indonesia menjadi perbincangan di kalangan internasional karena memiliki gaya tersendiri yang tidak dimiliki oleh tim arung jeram dari negara lain.

PB FAJI kemudian memberanikan diri untuk mengikuti proses penawaran atau bidding menjadi tuan rumah WRC 2015, dan berhasil memenangkannya.

citarik-arum-jeram-logo-2015.jpg


Setelah dilakukan beberapa kali pemeriksaan ke sejumlah sungai di Indonesia, IRF memutuskan bahwa ternyata yang paling cocok dan memenuhi persyaratan internasional adalah lokasi wisata Sungai Citarik.

"Kami juga sangat bangga memiliki sungai yang dinilai langsung oleh Peninjau IRF Pieter Bekkers yang mengatakan bahwa Sungai Citarik sangat sempurna untuk menjadi tuan rumah Kejuaraan Arung Jeram Dunia," katanya menambahkan.

Ketua Pengurus Cabang FAJI Kabupaten Sukabumi Saefu Drajat mengatakan pada WRC 2015 pihak Indonesia akan diwakili oleh tujuh tim yang berlaga.

Hal yang membanggakan, menurut dia, empat tim diantaranya berasal dari atlet Pengurus Cabang FAJI Kabupaten Sukabumi.

WRC 2015 akan dibagi menjadi empat divisi, yakni Open, Youth (U-19), Junior (U-23) dan Master.

Saefu, yang juga anggota DPRD Kabupaten Sukabumi, sudah berkoordinasi dengan Pemerintah Kabupaten Sukabumi untuk menyediakan dan memperbaiki fasilitas di lokasi arung jeram Citarik, karena nantinya akan didatangi oleh ratusan atlet dari puluhan negara dan ribuang wisatawan mancanegara.

Jeram-jeram dan bebatuan di Sungai Citarik juga cukup banyak, dengan tingkat kesulitan yang bervariasi mulai dari kelas III hingga kelas IV. Sehingga selalu saja ada tantangan tersendiri yang ditawarkan oleh jeram-jeram di Sungai Citarik. Selain itu, pemandangan alam di sekitar Sungai Citarik pun masih alami dan cukup eksotis. Anda tak hanya akan memacu adrenalin, namun sekaligus menikmati keindahan alam di sepanjang Sungai Citarik.

"Selain menjadi kebanggaan bahwa Sungai Citarik dijadikan lokasi kejuaraan dunia, imbas positif lainnya adalah pemasukan asli daerah (PAD) dari para wisatawan mancanegara akan berlipat ganda dan dengan adanya kegiatan ini maka menjadi iklan gratis untuk dunia pariwisata di Kabupaten Sukabumi," katanya.

Sumber : www.antaranews.com

Sunday, June 21, 2015

candi muara takus kampar riau

Candi Muara Takus terletak di desa Muara Takus, Kecamatan Tigabelas Koto Kampar, Kabupaten Kampar, Propinsi Riau. Jaraknya dari Pekanbaru, Ibukota Propinsi Riau, sekitar 128 Km. Perjalanan menuju Desa Muara Takus hanya dapat dilakukan melalui jalan darat yaitu dari Pekanbaru ke arah Bukittinggi sampai di Muara Mahat. Dari Muara Mahat melalui jalan kecil menuju ke Desa Muara Takus. Kompleks Candi Muara Takus, satu-satunya peninggalan sejarah yang berbentuk candi di Riau. Candi bernuansa Buddhistis ini merupakan bukti bahwa agama Budha pernah berkembang di kawasan ini. Kendatipun demikian, para pakar purbakala belum dapat menentukan secara pasti kapan candi ini didirikan.

Ada dua pendapat mengenai nama Muara Takus. Yang pertama mengatakan bahwa nama tersebut diambil dari nama sebuah anak sungai kecil bernama Takus yang bermuara ke Sungai Kampar Kanan. Pendapat lain mengatakan bahwa Muara Takus terdiri dari dua kata, yaitu “Muara” dan “Takus”.

Kata “Muara” mempunyai pengertian yang sudah jelas, yaitu suatu tempat sebuah sungai mengakhiri alirannya ke laut atau ke sungai yang lebih besar, sedangkan kata “Takus” berasal dari bahasa Cina, Ta berarti besarr, Ku berarti tua, dan Se berarti candi atau kuil. Jadi arti keseluruhan kata Muara Takus adalah candi tua yang besar, yang terletak di muara sungai.

Candi-Muara-Takus-Sumatra.png


Candi Muara Takus merupakan candi Buddha, terlihat dari adanya stupa, yang merupakan lambang Buddha Gautama. Ada pendapat yang mengatakan bahwa candi ini merupakan campuran dari bentuk candi Buddha dan Syiwa. Pendapat tersebut didasarkan pada bentuk bentuk Candi Mahligai, salah satu bangunan di kompleks Candi Muara takus, yang menyerupai bentuk lingga (kelamin laki-laki) dan yoni (kelamin perempuan). Arsitektur candi ini juga mempunyai kemiripan dengan arsitektur candi-candi di Myanmar. Candi Muara Takus merupakan sebuah kompleks yang terdiri atas beberapa bangunan.

Bangunan yang utama adalah yang disebut Candi Tuo. Candi ini berukuran 32,80 m x 21,80 m dan merupakan candi bangunan terbesar di antara bangunan yang ada. Letaknya di sebelah utara Candi Bungsu. Pada sisi sebelah timur dan barat terdapat tangga, yang menurut perkiraan aslinya dihiasi stupa, sedangkan pada bagian bawah dihiasi patung singa dalam posisi duduk. Bangunan ini mempunyai sisi 36 buah dan terdiri dari bagian kaki I, kaki II, tubuh dan puncak. Bagian puncaknya telah rusak dan batu-batunya telah banyak yang hilang.

Candi Tuo dibangun dari campuran batu bata yang dicetak dan batu pasir (tuff). Pemugaran Candi Tuo dilaksanakan secara bertahap akibat keterbatasan anggaran yang tersedia. Pada tahun 1990, selesai dikerjakan bagian kaki I di sisi timur. Selama tahun anggaran 1992/1993 pemugaran dilanjutkan dengan bagian sisi sebelah barat (kaki I dan II). Volume bangunan keseluruhan mencapai 2.235 m3, terdiri dari : kaki: 2.028 m3, tubuh: 150 m3, dan puncak: 57 m3. Tinggi bangunan mencapai 8,50 m.

Bangunan kedua dinamakan Candi Mahligai. Bangunan ini berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 10,44 m x 10,60 m. Tingginya sampai ke puncak 14,30 m berdiri diatas pondamen segi delapan (astakoma) dan bersisikan sebanyak 28 buah. Pada alasnya terdapat teratai berganda dan di tengahnya menjulang sebuah menara yang bentuknya mirip phallus (yoni).

Pada tahun 1860, seorang arkeolog Belanda bernama Cornel de Groot berkunjung ke Muara Takus. Pada waktu itu di setiap sisi ia masih menemukan patung singa dalam posisi duduk. Saat ini patung-patung tersebut sudah tidak ada bekasnya. Di sebelah timur, terdapat teras bujur sangkar dengan ukuran 5,10 x 5,10 m dengan tangga di bagian depannya. Volume bangunan Candi Mahligai 423,20 m3 yang terdiri dari volume bagian kaki 275,3 m3, tubuh 66,6 m3 dan puncak 81,3 m3. Candi Mahligai mulai dipugar pada tahun 1978 dan selesai pada tahun 1983.

Bangunan ketiga disebut Candi Palangka, yang terletak 3,85 m sebelah timur Candi Mahligai. Bangunan ini terdiri dari batu bata merah yang tidak dicetak. Candi Palangka merupakan candi yang terkecil, relung-relung penyusunan batu tidak sama dengan dinding Candi Mahligai. Dulu sebelum dipugar bagian kakinya terbenam sekitar satu meter.

Candi Palangka mulai dipugar pada tahun 1987 dan selesai pada tahun 1989. Pemugaran dilaksanakan hanya pada bagian kaki dan tubuh candi, karena bagian puncaknya yang masih ditemukan pada tahun 1860 sudah tidak ada lagi. Di bagian sebelah utara terdapat tangga yang telah rusak, sehingga tidak dapat diketahui bentuk aslinya. Kaki candi berbentuk segi delapan dengan sudut banyak, berukuran panjang 6,60 m, lebar 5,85 m serta tingginya 1,45 m dari permukaan tanah dengan volume 52,9 m3.

Bangunan keempat dinamakan Candi Bungsu. Candi Bungsu terletak di sebelah barat Candi Mahligai. Bangunannya terbuat dari dua jenis batu, yaitu batu pasir (tuff) terdapat pada bagian depan, sedangkan batu bata terdapat pada bagian belakang. Pemugaran candi ini dimulai tahun 1988 dan selesai dikerjakan tahun 1990. Melalu pemugaran tersebut candi ini dikembalikan ke bentuk aslinya, yaitu empat persegi panjang dengan ukuran 7,50 m x 16,28 m. Bagian puncak tidak dapat dipugar, karena tidak diketahui bentuk sebenarnya. Tinggi setelah dipugar 6,20 m dari permukaan tanah, dan volume nya 365,8 m3.

Menurut gambar yang dibuat oleh J.W. Yzerman bersama-sama dengan TH. A.F. Delprat dan Opziter (Sinder) H.L. Leijdie Melvile, di atas bangunan yang terbuat dari bata merah terdapat 8 buah stupa kecil yang mengelilingi sebuah stupa besar. Di atas bangunan yang terbuat dari batu pasir (tuff) terdapat sebuah tupa besar. Di bagian sebelah timur terdapat sebuah tangga yang terbuat dari batu pasir.

Selain bangunan-bangunan tersebut di atas, di sebelah utara, atau tepat di depan gerbang Candi Tuo terdapat onggokan tanah yang mempunyai dua lobang.
Tempat ini diperkirakan tempat pembakaran jenazah. Lobang yang satu untuk memasukkan jenazah dan yang satunya lagi untuk mengeluarkan abunya. Tempat pembakaran jenazah ini, termasuk dalam pemeliharaan karena berada dalam komplek percandian. Di dalam onggokan tanah tersebut terdapat batu-batu kerikil yang berasal dari sungai Kampar.
Di di luar kompleks Candi Muara Takus, yaitu di beberapa tempat di sekitar Desa Muarata takus, juga diketemukan beberapa bangunan yang diduga masih erat kaitannya dengan candi ini.

Sumber : http://candi.pnri.go.id